Menjaga Lisan Agar Selalu Berbicara Baik
Oleh: Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr
Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang
yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan
orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal
perbuatannya”.
Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda.
“ Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut? Para sahabat pun
menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang
dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang
bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat
dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga
datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta,
menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya
akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya
sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak
kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu
diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.
Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunya.
“Artinya : Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina
saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan
kehormatan orang muslim lainnya”
Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits
no. 1739 ; begitu juga Muslim [Tetapi lafaz yang tersebut terdapat
dalam riwayat Bukhari] dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah
berkhutbah pada hara nahar (Idul Adha). Dalam khutbah tersebut beliau
bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, “Hari apakah ini?” Mereka
menjawab, “Hari yang haram”. Beliau bertanya lagi, “Negeri apakah
ini?” Mereka menjawab, “Negeri Haram”. Beliau bertanya lagi, “Bulan
apakah ini ?” Mereka menjawab, “Bulan yang haram”. Selanjutnya beliau
bersabda.
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi
masing-masing kalian (merampasnya) sebagaimana haramnya ; hari, bulan
dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu
berkata, “Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)? Ya
Allah, bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)?”
Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, “Demi Allah yang
jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk
umatnya. Beliau berpesan kepada kita, ‘Oleh karena itu, hendaklah yang
hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali
kepada kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal
leher”.
Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah bersabda.
“ Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan
pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada
kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”
Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib (I/65) mengomentari hadits.
“ Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara …dst”
Beliau berkata, “Orang yang membukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat
akan mendapatkan pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang
yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdasarkan hadits ini dan
hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal
yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya
sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau
mengamalkannya, berdasarkan hadits.
“ Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka ….”
Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah,
Rasulullah bersabda.
“Sesungguhnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk diperangi”
[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah Bi Ahlissunnah Menyikapi
Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penulis Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd
Al’Abbad Al-Badr hal 22-41, Terbitan Titian Hidayah Ilahi]
Posting Komentar