Ilustrasi (inet) |
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. At-Tin: 3)
Tidak hanya itu, tetapi juga disempurnakan dengan kadarnya masing-masing dengan sesuai kegunaan dan fungsi dari setiap yang di bentuk. Memberikan Mata untuk Melihat, telinga untuk mendengar, Kaki untuk melangkah, semuanya disempurnakan dan juga ditentukan kadar kegunaannya
Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (QS. Al-A’laa: 3-4)
Wajar jika hari ini kita patut bersyukur hanya kepada yang telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Tetapi apakah kita sebagai yang diciptakan telah banyak bersyukur? Sebuah pertanyaan besar yang mungkin jawabannya mayoritas adalah belum. Kita menyalahgunakan kenikmatan dan keajaiban yang telah Allah berikan, kita menjadikan napas yang berhembus untuk benda atau seseorang yang sesungguhnya mereka pun belum tentu bisa menolong dirinya sendiri. Terutama terhadap manusia, secara tidak sadar kita telah menyembah thagut dari orang yang kita cintai. Tanpa orang di cintai dan kehilangan mereka kita merasa diri menjadi tak berarti dan tak bermanfaat. Tanpa ada sapa dan pertemuan dengan yang dicintai merasa tak ada lagi semangat dan kehidupan terasa hampa dan sunyi. Kita menjadikan diri kita sangat berguna dan bermanfaat karena tujuan kita hanya ingin dilihat oleh seseorang yang di cintai, ketika mereka telah tiada atau tak lagi mencintai kita, maka kita tak lagi berusaha menjadi yang berguna dan bermanfaat,
Padahal kita telah mengikrarkan diri dan berjanji kepada Allah SWT dalam setiap shalat-shalat yang kita lakukan, apakah Doa yang kita ikrarkan?
Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin.
Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.
Maka rasa syukur kita kepada Allah SWT atas keajaiban yang diberikan dalam hidup kita adalah seluruh Napas yang berhembus hanyalah Untuk Allah SWT dan atas syariat yang Allah turunkan. Inilah yang paling mulia, sehingga kita bisa menjadi manusia bermanfaat sekalipun manusia memusuhi kita karena kita memiliki sang Rabb semesta Alam, Untuk-Mu Seluruh Napas ini patut di tujukan hanya kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang selalu ingat dengan hambanya, kita menjadi manusia yang selalu berguna dan bermanfaat karena napas kita hanyalah untuk-Nya. Apalagi Allah akan memuliakan orang-orang yang menjadikan setiap hembusan napasnya hanya untuk mengabdi dan taat kepada Allah SWT. Bahkan kita akan merasakan kelezatan dalam hidup kita jika kita menjadikan dan mendedikasikan setiap napas ini hanya untuk Allah dan orang-orang yang mencintai Allah SWT.
“Kelezatan iman akan dirasakan oleh orang yang telah rela menjadikan Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama.”
Mengutip dari Qadhi Iyadh, Imam Nawawi berkata: “Makna hadits ini adalah imannya benar, jiwanya tenang dan batinnya tenteram. Karena keridhaannya kepada hal-hal yang disebutkan itu merupakan bukti ma’rifatnya, ketajaman pandangannya dan keceriaan hatinya. Sebab orang yang ridha terhadap sesuatu pasti merasa mudah melakukannya. Demikian pula seorang mukmin, apabila iman telah masuk ke dalam hatinya maka akan mudah baginya melakukan berbagai ketaatan kepada Allah dan merasa lezat dengannya. Wallahu A’lam.”
Nabi SAW bersabda:
‘Tiga hal yang jika ada dalam diri seseorang, berarti telah merasakan lezatnya iman, yaitu ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun, mencintai seseorang karena Allah semata, dan benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya bila dilempar ke neraka setelah diselamatkan Allah darinya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Bila di hatimu tidak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu. Karena Allah Maha Pemberi balasan.”
Maksudnya, Allah pasti membalas amal seseorang di dunia dengan kelezatan, pencerahan dan ketenangan yang ada di hatinya. Bila belum merasakan hal tersebut, berarti amalnya terkontaminasi.
Maka Untuk-Mu seluruh Napas ini.
Posting Komentar